Minggu, 02 Juni 2019

Menyerah dan Lari,Salahkah?

Apakah benar menyerah itu bukanlah sebuah pilihan? Apa benar lari adalah tindakan seorang pengecut? Dalam pandangan umum semua itu benar tapi memang ada kalanya kita harus menyerah dan berlari. Menyerah bukan dalam artian takut kita akan gagal tapi menyerah demi kita mengejar sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang lebih berharga. Jika kita memang mengetahui ada sesuatu yang lebih besar yang mampu kita perjuangkan kenapa kita harus berjuang demi sesuatu yang kecil? Jika ada sesuatu yang lebih baik kenapa kita harus berjuang demi sesuatu yang tidak lebih baik?  Jika ada sesuatu yang berkilau kenapa kita hanya memperjuangkan sesuatu yang tidak bisa memancarkan kilauan?
Begitupun lari , tapi bukan lari dari kenyataan melainkan lari dari kesemuan. Jika kita berada dalam kesemuan maka berlarilah. Tinggalkan kesemuan itu karena semu tidak pernah berarti apa-apa. Karena kesemuan tidak akan bisa digapai dengan cara apapun. Maka jika kita ada dalam kesemuan, berlarilah , berlarilah ke arah kenyataan dan jangan pernah berpikir untuk kembali ke sesuatu yang semu.

Jumat, 29 Maret 2019

Manusia Theomorphis : manusia yang ideal


Hasil gambar untuk manusia sendiri 
Kata Mahatma Gandhi “ Hiduplah seakan kamu akan meninggal esok hari. Balajarlah selayaknya kamu akan hidup selamanya.” Sebagai manusia memang kita harus belajar dan terus belajar. Jika kita hanya mempelajari apa-apa yang dipelajari di sekolah saja maka pemikiran kita tidak akan pernah terbuka. Banyak hal-hal di luar sana yang memang seharusnya kita pahami atau mungkin lebih baik jika kita kaji lebih jauh lagi seputaran teologi, ideologi, ataupun berbagai disiplin keilmuan lainnya. kali ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang manusia Theomorphis
.
Mungkin pembaca semua baru mendengar tentang manusia Theomorphis. Manusia theomorphis merupakan manusia ideal atau yang bisa dibilang manusia sempurna. Teori ini berasal dari teori teologi pembebasan Ali Syariati. Manusia theomorphis dapat diartikan sebagai manusia yang dalam pribadinya, kekuatan ruh tuhan dalam dirinya bisa memenangkan pertarungan atas ruh jahat yang merupakan representasi dari iblis. Mungkin Bahasanya agak sulit untuk dimengerti tapi itu tidak terlalu peenting, yang terpenting adalah memahami konsep manusia Theomorphis itu sendiri agar kita bisa memaknai atau bahkan mengikuti teori ini. 

Manusia theomorphis  adalah manusia yang telah terlepas dari kebimbangan dan kontradiksi. Manusia theomorphis atau manusia ideal adalah manusia yang menjalin hubungan dengan tuhan dan juga manusia. Manusia yang ideal adalah manusia yang senantiasa berpikir filosofis dan pemikirannya itu tidak membuat terlena. Manusia theomorphis juga merupakan manusia yang dapat menyatukan seluruh dimensi kemanusiaan. Manusia theomorphis adalah manusia yang kesepian dan komitmen. Manusia yang theomorphis biasanya tidak suka ikut dengan trend dan hidup dengan caranya sendiri. Manusia Theomorphis memiliki komitmen  sehingga pergaulannya tidak luas dan temannya cenderung sedikit. Jika mereka mengikuti arus maka pergaulan mereka akan lebih luas tetapi kehilangan karakter Theomorphisnya. Dengan keluasan dari pergaulan itu, maka seseorang akan ada dalam keumuman dan kerumunan sehingga tidak dapat lagi dikenal orang karena tidak punya identitas.

Memang untuk mengenal karakter dalam diri manusia dibutuhkan kesepian. Dalam sepi itu seorang manusia akan memahami lebih jauh tentang karakter dirinya yang sebenarnya. Seorang manusia theomorphis juga memiliki sisi syair dan pedang. Ketika ia stabil dia akan terus mengeluarkan syair syair indahnya, ia akan terus menyampaikan pemikiran-pemikirannya tetapi dalam keadaan yang tidak stabil mungkin ia akan mengeluarkan sisi pedangnya yaitu kemarahan. Manusia theomorphis juga memiliki sisi pengetahuan dan keyakinan, sisi pengetahuan dan keyakinannya dapat dikendalikan dengan baik dan tidak saling meniadakan. Pengetahuannya tidak akan melunturkan sisi keyakinannya sedang sisi keyakinan tidak akan mencegahnya untuk memahami pengetahuan. Pada intinya, manusia Theomorphis memiliki dua sisi yang saling mendukung sehingga menjadi manusia yang sepenuhnya manusia

Manusia ideal theomorphis sangat sulit ditemukan dalam realitas kemanusiaan yang dipenuhi  kepalsuan seperti sekarang. Pada zaman sekarang kebanyakan orang sudah mengikuti arus trend dan sebagainya sehingga mereka kehilangan identitas mereka. Mereka ingin dipandang memiliki identitas tertentu yang sejatinya tidak sesuai dengan jati diri mereka. Sedikit orang yang berkomitmen dan berupaya untuk menemukan identitas dalam diri mereka dan tidak mengikuti arus arus trend yang sebenarnya konyol dan tidak mengandung nilai kehidupan apapun. Jika manusia yang berkomitmen dan mengenal hidup mereka sedikit maka otomatis manusia Theomorphis jumlahnya mungkin dapat dihitung dengan jari. Meskipun sangat sedikit , orang-orang theomorphis ini akan selalu ada dan melingkupi kehidupan sepi mereka dengan komitmennya.

Rabu, 12 Desember 2018

Dimana Letak Kebahagiaan yang sejati?

Gambar terkait

Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, apa sebenarnya hakikat dari kebahagiaan itu? Dimana letak kebahagiaan itu? Bagaimana cara mendapat kebahagiaan yang sejati? Tentu saja setiap orang mempunyai jawabannya sendiri. Ada yang mencoba mendapatkan kebahagiaan lewat hartanya, ada yang mencari kebahagiaan lewat kekuasaannya , ada pula yang mendapatkan kebahagiaan dengan pasangan rupawan yang mereka miliki. Sangat banyak memang jalan manusia dalam menggapai kebahagiaan yang dilakukan dengan berbagai cara bahkan hingga menghalalkan segala cara. Sekarang pertanyaannya apakah kebahagiaan-kebahagiaan tersebut bersifat sejati? Tentu saja tidak , kebahagiaan-kebahagiaan tersebut hanyalah kebahagiaan semu yang cepat atau lambat akan pergi. Lalu dimanakah letak kebahagiaan yang sejati itu? Kisah ini akan membantu Anda untuk menjawabnya :
Suatu waktu, Tuhan memanggil 3 malaikat sambil memperlihatkan sesuatu.
“Ini namanya kebahagiaan. Ini sangat bernilai, dicari, dan diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu tempat, supaya manusia sendiri yang menemukannya. Jangan di tempat yang terlalu mudah, nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Namun, jangan juga di tempat susah, nanti justru tak bisa ditemukan. Yang penting, letakkan kebahagiaan ini di tempat yang bersih,” perintah Tuhan.
Ketiga malaikat pun turun ke bumi dan berdiskusi di mana meletakkan kebahagiaan.
Malaikat pertama berkata, “Letakkan saja di gunung yang tinggi.” Namun, malaikat lain kurang setuju. Malaikat kedua berkata, “Bagaimana kalau di dasar samudera saja?” Usul itu pun kurang disepakati. Kemudian, malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung sepakat. Sejak saat itu, kebahagiaan manusia tersimpan rapi di tempat yang dibisikkan malaikat ketiga. Tempat yang sulit, sekaligus mudah.
Hari ke hari, tahun ke tahun kita terus mencari kebahagiaan itu. Kita ingin menemukannya, merasakannya dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Ada yang mencari dengan berwisata. Ada yang mencari di keramaian. Ada yang mencari di kesunyian. Ada yang mencarinya sambil bekerja keras. Ada juga yang mencari sambil bermalas-malasan.
Namun, ternyata kebahagiaan tidak ada pada hal-hal itu. Hingga, sebagian orang akhirnya membuat klaim-klaim tertentu mengenai kebahagiaan. Ada yang bilang kebahagiaan itu dengan mengejar gelar, jabatan, harta, dan sebagainya. Pernikahan pun dihubungkan dengan kebahagiaan, seolah yang belum menikah berarti tidak bahagia. Padahal kita semua tahu, kebahagiaan tidak ada di tempat-tempat itu.
Lalu dimanakah letak kebahagiaan manusia itu diletakkan oleh para malaikat ? Tahukah Anda di mana itu?
Jika tidak, maka inilah jawabannya :
Para malaikat tidak meletakkan kebahagiaan di gunung atau di dasar samudera. Malaikat pun tak meletakkan kebahagiaan pada hal-hal seperti kesuksesan, pernikahan yang indah, kekayaan, dan sebagainya.
Mereka para malaikat meletakkan kebahagiaan manusia di tempat yang sangat dekat, namun jarang terlihat. Tempat yang sesuai dengan perintah Tuhan. Tempat yang suci, bersih, sangat dekat dan mudah ditemukan. Namun, tempat itu justru jarang disadari oleh manusia.Tempat itu adalah hati yang bersih

Ya, ternyata malaikat meletakkan kebahagiaan manusia di dalam hati kita. Untuk itu kita tidak perlu berlebihan dalam mencari-cari kebahagiaan itu, cukup dengan menjalani hidup kita dengan sebaik-baiknya, bersyukur terhadap nikmat yang tuhan berikan dan yang paling penting adalah menjaga kebersihan hati kita supaya kebahagiaan yang sejati tetap betah di dalam hati kita

Taoisme : Tirai yang menghalangi manusia melihat keberadaan tuhan




Hasil gambar untuk lambang taoApa itu taoisme? Apakah sebuah agama? Apakah sebuah aliran filsafat? Jawabannya adalah tergantung bagaimana kita memahaminya. Sebagian besar orang memahami Taoisme sebagai agama meskipun pada mulanya Tao adalah ajaran filsafat. Sebagai agama, Taoisme termasuk dalam ajaran Tridharma ( Buddha , Konghucu , dan Taoisme) dan menjadi satu-satunya aliran Tridharma yang belum diakui di Indonesia. Para penganut Taoisme memiliki seorang mahadewa yang bernama Tai Shang Lao jun yang diyakini merupakan perwujudan dari Lao zi. Taoisme sendiri sejatinya adalah aliran filsafat yang berkembang di Tiongkok. Sama halnya dengan konfusianisme , ajaran ini berkembang menjadi aliran kepercayaan. Taoisme diciptakan oleh Lao Zi, seorang pejabat pemerintah yang dikenal sangat amat bijaksana.
            Tao secara harfiah berarti jalan yang dilalui seseorang dalam perjalanannya. Tao tidak dapat dilihat, tidak bernama, tak dapat dipahami hanya dengan pemikiran biasa dan tak terbatas. Nama “ Tao” diberikan oleh Lao Zi karena sebuah keterpaaksaan sebab Tao tidak dapat dibatasi oleh kata-kata yang pada hakikatnya adalah terbatas. Tao adalah realitas hidup yang sejati dan satu-satunya cara untuk memahami Tao adalah dengan menjalani hidup. Ketika seorang manusia sudah memahami hidupnya maka manusia secara otomatis akan memahami Tao. Sebagai contoh,, ketika seseorang memakan buah persik lalu menceritakan kepada orang yang belum pernah sekalipun mencicipi buah persik, maka orang yang diceritakan tentu saja hanya bisa membayangkan rasa dari buah persik tersebut dan tidak akan pernah tau rasanya kecuali Ia mencicipinya. Begitupun ajaran Tao, manusia tidak akan pernah tau apa itu Tao hanya dengan penjelasan dan memanifestasikan ajaran tersebut dalam imajinasinya, karena untuk memahaminya manusia harus mengalami Tao itu dalam kehidupannya.
            Di dalam Taoisme terdapat banyak prinsip, diantaranya adalah Wu wei dan Yin Yang. Wu wei bisa diartikan sebagai tanpa berbuat. Bagi awam prinsip ini konyol jika diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Namun pada hakikatnya wu wei dalam Tao bukan tidak bertindak sama sekali tetapi bertindak sesuai dengan arus-arus kehidupan, bertindak sesuai dengan keselarasan  alam dan bertindak sesuai dengan jalan takdir yang telah dikonstuksikan oleh tuhan dalam kehidupan kita. Contoh dari prinsip wu wei ini adalah benih yang tumbuh menjadi pohon besar, benih tersebut tumbuh mengikuti aturan wu wei sesuai alur takdirnya tanpa melawan ketentuan dan akhirnya ia bisa tumbuh menjadi besar.
            Yang kedua adalah Yin Yang. Prinsip ini merupakan prinsip yang amat mendasar bagi mereka yang memahaminya. Yin dan yang adalah prinsip kehidupan yang saling melengkapi  satu dengan lainnya. Yin yang sebenarnya berlawanan namun pada hakikatnya bersifat komplementer bukan bersifat kontradiksi. Ada dan tidak ada, kosong dan berisi, susah mudah, keras lembut, sebelum sesudah, cantik jelek semua itu adalah komponen yang saling berlawanan namun tidak dapat dipisahkan. Yin dan yang bersifat saling mengisi satu sama lainnya. Yin dan yang tidak dapat saling mengalahkan tetapi saling menegaskan sehingga menciptakan keseimbangan.
            Itulah sedikit tentang ajaran Tao, ajaran yang sekilas amat sederhana namun tidak bisa dipahami hanya dengan akal. Tao hanya bisa dipahami dengan menjalani kehidupan karena Tao sejatinya adalah tirai yang menghalangi kita melihat keberadaan Ti’en (tian/ tuhan) yang bisa kita buka dengan melakukan kebajikan.